Oleh Ilham Dwi Hatmawan
IDENTITAS BUKU
2. PENGARANG : AHMAD FUADI
3. PENERBIT : PT.
GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
4. TAHUN TERBIT : JANUARI 2011
5. TEMPAT TERBIT : JAKARTA
6. SINOPSIS :
Ranah 3 Warna
Alif
Fikri. Ia adalah lulusan dari pondok
pesantren ternama di Jawa Timur. Ia bercita-cita tinggi untuk melanjutkan
cita-citanya menjadi orang sukses seberti Habibie. Ia berniat untuk melanjutkan
kuliahnya di ITB. Tetapi ia bingung karena ia tidak memiliki ijazah SMA.
Sehingga Ia didaftrakan oleh ayahnya yang sedang sakit untuk mengikuti ujian
persamaan SMA. Ia hanya memiliki waktu 2 bulan untuk mempersiapkan segalanya,
Ia terinspirasi oleh Tim Sepakbola Denmark, yang tidak diperhitungkan tetapi
dapat membuktikan bahwa mereka layak.
Berhari-hari
menunggu, akhirnya ujianpun datang. Ia mengikuti ujian tersebut dengan percaya
diri. Tetapi ia kecewa, karena hanya mendapatkan rata-rata nilai 6,5. Tetapi ia
pantang menyerah, ia mengkuti UMPTN UNPAD yang biayanya lebih murah. Ia lolos
dari seleksi UMPTN jurusan Hubungan Internasional.
Beberapa
hari sesudah pengumuman itu, Alif langsung berangkat ke Bandung tanpa ditemani
ayahnya karena beliau sedang sakit. Sampai di Bandung ia memutuskan untuk
tinggal di rumah kos Randai, teman sekampungnya yang bersekolah di ITB. Hari
pertama masuk universitas, ia sudah mengikuti kegiatan ospek mahasiswa baru.
Alif mulai berkenalan dengan mahasiswa baru, diantaranya Wira, Agam, dan Memet.
Ada suatu kejadian yang membuat mahasiswa baru HI menjadi marah, karena tindakan
semena-mena dari senior-seniornya. Tapi itu dapat diselesaikan baik-baik. Di
sana, Ia berkenalan dengan Raisa, seorang yang cantik. Kebetulan Raisa tinggal
di depan rumah kos Alif. Alif tertarik dengan Raisa karena kecantikan dan
kelincahnnya.
Disisi
lain, Alif sudah lama mendapat kabar dari keluarganya di Minangkabau, Ibu Alif
memberi telegram agar Alif dapat cepat pulang karena kondisi ayahnya memburuk.
Setelah pulang, Alif langsung pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya.
Walaupun sempat membaik, ayah Alif harus meninggal dunia dan berpesan agar Alif
dapat melindung keluarganya. Saat itu Alif bingung untuk melanjutkan kuliahnya
atau tidak. Ia kebingngan untuk mendaptak uang untuk melanjutan kuliahnya dari
mana. Tetapi ia mendapatkan jalan. Ia bertemu Bang Togar, seorang senior di
kampusnya. Ia adalah pemimpin redaksi majalah Kutub. Alif akhirnya masuk ke
redaksi majalah Kutub dan menghasilkan artikel bagus, hingga dimuat dalam
majalah ternama yang ada di Bandung. Hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya di Bandung dan memberikan sedikit uangnya untuk Ibu dan
orang yang membutuhkan.
Tetapi,
pada suatu hari, Alif dan Randai sempat mengalami perselisihan dan persahaban
mereka sempat retak. Sehingga membuat Alif meninggalkan rumah kos Randai dan
mencari rumah kos sendiri. Tetapi kehidupannya ini sedikit lebih baik karena ia
menjadi penulis tetap di Koran Manggala dan Tabloid Hikmah. Untuk menggapai
cita-citanya, Ia selalu mencari informasi beasiswa ke luar negeri.
Pada
suatu hari Ia bertemu dengan seorang kakak kelas yang pernah mengikuti program
pertukaran pelajar dan memberitahukan cara-caranya. Alif mengikuti seleksi
tersebut dan meraih kesempat untuk mengikuti program pertukan pelajar ke negara
Kanada, tepatnya di provinsi Quebec. Sebelumnya Ia harus mengikuti karantina
dan mendapatkan persetujuan dari kampus, orang tua dan keterangan dokter. Saar
karantina Ia berkenalan dengan teman-teman barunya. Terutama Rusdi Si Jago
Pantun dan teman lain dari segala provinsi. Setelah melalui rangkaian kegiatan
yang panjang, Ia dinyatak layak pergi ke Kanada. Teman-temannya mendukung dan
memberi selamat kepada Alif.
Sebelum
Alif dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Kanada, mereka terlebih dahulu
mengunjungi situs-situs bersejarah di Mesir. Di sana ada Ia bertemu dengan
kawannya di pondoknya dulu. Ada kejadian yang membuat perjalanan mereka sedikit
terganggu dan harus ditunda selama 3 hari. Rusdi mengalami kecelakaan yang
menyebabkan Rusdi haruis dirawat di rumah sakit di sana. Beberapa hari
kemudian, mereka sampai di Montreal. Di sana mereka dipertemukan dengan
homolouge mereka. Alif dipasangkan dengan Franc yang mahir berbicara Prancis.
Selanjutnya mereka segera berangkat ke Quebec dan dipetemukan dengan orang tua
angkat mereka dan mendapatkan bagian pekerjaan saat di sana. Alif dan Franc
mendapat keluarga Lepine. Keseharian Alif diisi kegiatan untuk mengisi siaran
di SRTV. Ia juga pernah secara langsung mewawancarai seorang warga suku Indian
dan tokoh ternama yang kebetulan saat itu Quebec akan melakukan referendum.
Pada tanggal 11 November, delegasi
0 comments:
Posting Komentar