Sabtu, 16 Februari 2013

Sinopsis - Sepatu Dahlan


IDENTITAS BUKU
1.         JUDUL BUKU            : SEPATU DAHLAN (TRILOGI)      
2.         PENGARANG            : KHRISNA PABICHARA
3.         PENERBIT                  : PT. MIZAN PUBLIKA
4.         TAHUN TERBIT         : JULI 2012 (CETAKAN IV)
5.         TEMPAT TERBIT        : JAKARTA
6.         SINOPSIS                   :

  


Sepatu Dahlan
Oleh Ilham Dwi Hatmawan

            Muhammad Dahlan. Ia merupakan anak dari keluarga kurang mampu yang tinggal di Kebon Dalem, sebuah kampung yang menyimpan banyak kenangan baginya. Dahlan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Dua kakak perempuannya bersekolah di perguruan tinggi dan adiknya, Zain masih sekolah di SR. Ayah Dahlan bekerja serabutan sedangkan Ibunya adalah ahli pembuat batik di desanya.
            Kehidupan yang Dahlan alami penuh liku-liku. Walaupun begitu, Ia menjalani dengan semangat dan ikhlas. Keinginan mungil Dahlan adalah memiliki sepasang sepatu dan sebuah sepeda. Keinginannya inilah yang membawa Dahlan ke dalam petualangan hidup yang penuh warna dan tidak dialami sebagian besar anak-anak pada masa itu.
            Saat lulus dari Sekolah Rakyat, ia lulus dengan nilai pas-pasan. Saat itu ia merasa gagal membanggakan orang tuanya. Cita-cita melanjutkan sekolah ke SMP Magetan-pun pupus. Bukan karena nilai merahnya, namun sang ayah memiliki maksud lain dengan mensekolahkan Dahlan ke MTs Takeran.
Pernah suatu hari Dahlan mencoba membantu ibunya membatik, namun ia menumpahkan lilin dan merusak kain batik yang dipesan tetangganya. Beberapa hari kemudian, sepulang sekolah Dahlan mendapati ibunya tergeletak dan muntah darah. Panik. Jelas. Setelah itu ibunya dirawat di rumah sakit di Madiun, dengan terpaksa Dahlan dan Zain ditinggalkan di rumah sendirian. Karena kelaparan ia mencoba mencuri tebu, namun penjaga kebun tersebut mengetahuinya dan menghukum Dahlan dengan hukuman paling ringan yang pernah dijatuhkan kepada bocah pencuri tebu.
Esoknya, seperti biasa Dahlan berangkat sekolah bersama kawannya. Hari itu ia bersama Maryati yang sedang menaiki sepeda cantiknya. Maryati memaksa Dahlan untuk belajar sepeda pagi itu, namun Dahlan, sepeda Maryati dan pemiliknya itu jatuh ke selokan. Tidak sengaja Dahlan bertemu sesosok gadis cantik, Aisha namanya. Dengan pakaian basah kuyub Dahlan terpaksa pulang kembali ke rumahnya. Tidak disangka saat pulang, Ibu Dahlan telah berada di rumahnya tanpa nyawa. Mulai saat itulah kehidupan yang menderita makin tersiksa tanpa sosok ibu di sampingnya. Sepeda Maryati yang rusak harus diganti oleh beberapa ekor domba milik Dahlan.
Semenjak kelas II, Dahlan mulai aktif dalam organisasi dan kegiatan sekolah. Dahlan terpilih sebagai pengurus Ikatan Santri dan kapten tim bola voli MTs Takeran. Hingga pada suatu hari Dahlan dan tim bola volinya dapat mengikuti perlombaan bola voli ditingkat Kabupaten Magetan. Saat itulah keinginan akan sepatu makin menggebu-gebu.
Pertama kali bertanding, tim voli Dahlan melawan SMP Bendu dan berhasil. Di babak final, mereka melawan SMP terkuat saat itu, yakni SMP Magetan. Usaha keras selama ini membuahkan hasil kemenangan dan membanggakan pelatih serta orang tua mereka. Semenjak pertandingan itu, tim bola voli Gorang Gareng melirik Dahlan sebagai pelatihnya. Dengan upah yang lumayan besar, Dahlan dapat membeli sepeda bekas dan tentunya sepatu baru. Setiap pulang melatih tim bola voli Gorang Gareng, Aisha selalu menunggu Dahlan untuk pulang bersamanya.
Saat melatih tim voli, pernah dengan beraninya Dahlan mengeluarkan Fauzan, anak seorang saudagar di pabrik tersebut. Namun sebagai bentuk tanggung jawabnya, Dahlan berani mengambil resiko yang besar saat itu demi kemenangan tim asuhannya.
Suatu ketika, Kadir sahabatnya bercerita bahwa ayahnya dahulu pernah tersangkut masalah Laskar Merah. Konon itu hanya sebuah fitnah dan salah sasaran. Begitupula dengan ibunya. Ibu Kadir saat itu juga menjadi korban salah tangkap. Cerita inilah yang membuat persahabatan anatara Kadir dengan Imran hampir hancur. Orang tua Imran meninggal karena dibunuh oleh pasukan Laskar Merah yang ganas. Namun ini hanya salah paham dan dapat diselesaikan baik-baik.
Hari-hari dilalui Dahlan dengan senang serta rasa cintanya kepada keluarga dan tentunya, Aisha. Gadis cantiik pujaan hatinya. Makin hari rasa cintanya kepada Aisha makin besar dan tak terbendung lagi. Akhirnya saat kelulusan Dahlan dari Madrasah Aliyah, tiba. Lulus dengan nilai tertinggi merupakan kebanggaan tersendiri bagi Dahlan. Namun Dahlan makin bingung dengan cita-citanya. Hidup di desanya atau merantau ke kota untuk memperbaiki nasibnya. Sedangkan temannya yang lain sudah mempunyai rencana mereka masing-masing.
Namun suatu ketika Aisha mengirim surat harapan kepada Dahlan untuk mengikuti jejak Aisha untuk kuliah. Surat ini membuat tekad Dahlan yang baru, kuliah. Dengan kalimatnya Dahlan berhasil membujuk ayahnya untuk mengizinkan Dahlan kuliah. Selanjutnya mimpi-mimpi Dahlan yang barupun bermunculan di benaknya. . .
Beginilah hidup Dahlan, penuh keterbatasan. Namun keterbatasannya ini tidak membuatnya jatuh dan terpuruk, justru menjadi sebuah penyemangat hidup untuk lebih baik dan dapat membanggakan sekelilingnya. Keterbatasan sebenarnya akan menjadi sesuatu yang indah, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
(*)Persembahan Untuk Maulita Zulfiani yang telah memberikan novel insipratif ini :)

1 comments:

Muhammad Arbi mengatakan...

Bagus (: Semangat terus!

Posting Komentar


Like .:OSA:.!!! Yoo :)