Rabu, 25 April 2012

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Moeslem)


MASA PEMERINTAHAN ABBASIYAH

1.      AHLI ILMU TAFSIR

              Ali Bin Abi Tholib, abdullah ibn masud, dan ubay ibnu kaab menguasai bidang tafsir. Karya beliau diantaranya adalah masjid yg skrg terkenal dg nama Universitas Qairawan, yaitu universitas yg mengadakan studi berbagai bid ilmu dlm sgla tingkatan. Industri yg terkenal pada masa itu adalah industri pakaian atau tekstil. Seni pahat, lukisan, dan hiasan dinding sebagai bukti dekorasi pada masjid2. Baitul hikmah (lembaga ilmu pengetahuan), tugas lembaga ini antara lain menerjemahkan kitab bahasa asing ke bahasa arab.
        
2.      AHLI ILMU HADITS

Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (meninggal 231 H), Ibnu Majah (meninggal 273 H), Abu Daud (meninggal 275 H), At-Tarmidzi, dan lain-lain. Abu Budah r.a. berkata, Aisyah r.a. telah menunjukkan kepada kami kain yang tebal dan baju yang kasar seraya berkata: Rasulullah saw. meninggal dunia dengan mengenakan kain dan baju ini. (Bukhari, Muslim). Nas bin Malik telah memberitakan kepada mereka, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan dispensasi (keringanan) kepada Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam untuk mengenakan pakaian sutera dalam perjalanan karena adanya penyakit gatal-gatal atau penyakit lain yang            menimpa mereka berdua.(Bukhari, Muslim).

3.      AHLI ILMU TASAWUF


Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (meninggal 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (meninggal 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.






4.      AHLI ILMU KEDOKTERAN               
a.          Ibnu Sina (Avicena)
            Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina. Beliau dibesarkan di lembah Sungai Dajlat dan Furat, di tepi selatan Laut Kaspia. Ketika masih kecil beliau telah hafal Al-Qur’an, menguasai bahasa Arab, serta mendalami ilmu fikih. Ia belajar ilmu Mantik pada seorang guru filsafat, bahkan gurunya terkejut karena kecerdasannya. Pada usia 17 tahun ia telah memahami ilmu kedokteran melebihi siapa pun. Oleh karena itu, beliau diangkat manjadi penasihat para dokter pada masa itu. Ibnu Sina terkenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Bukunya yang terkenal yaitu Qanun Fit-Thiib (Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran) yang menjadi rujukan utama saat itu.

b.          Ibnu Rusyd
            Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Beliau lahir diujung barat negeri Islam, yaitu Kordoba, Spanyol. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang teguh menegakkan agama dan berpengetahuan luas. Ketika beliau muda, beliau belajar matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Di Barat beliau dikenal sebagai ahli dan tokoh dibnidang kedokteran dengan karyanya Al-Kulliyyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Atas kepandaiannya inilah maka pada tahun1182 ia diangkat sebagai dokter pribadi khalifah di Maroko.

c.          Ar-Razi
Ar-Razi bernama lengkap abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Didunia Barat dikenal dengan nama Rhazes. Beliau Lahir di Ray, dekat Teheran pada tahun 251 H dan wafat apada tahun 320 H. Beliau terkenal sebagai dokter pertama dalam pengobatan secara ilmu jiwa, yakni pengobatan yang dilakukan dengan memberi sugesti bagi para penderita psikomatis. Beliau juga merupakan ahli ilmu  hadits.

 MASA PEMERINTAHAN DAULAH UMAYYAH

1.      AHLI ILMU TAFSIR

Ahli di bidang ilmu tafsir diantaranya adalah ibnu abbas , said bin jubair , ikrimah , tawus bin kaisan , dan abu syatsa. Tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal.

                 Sebuah Tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas adalah : Salah Keistimewaan dzikir
“Salah satu keistimewaan dzikir ialah ia bisa dilakukan kapan saja. Tidak seperti ibadah-ibadah yang lain yang masih terikat dengan ketetapan waktu, tempat dan lain-lain.   Demikian kata Ibnu Abbas. Ibnu Abbas ketika menafsiri QS al-Ankabut ayat 45 yang artinya: “Dan Sesungguhnya dzikrullah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)” mengatakan, makna ayat ini ada dua: pertama, bahwa ingatnya Allah (dzikrullah) kepada kalian lebih agung daripada ingatnya kalian kepada-Nya; kedua, bahwa ibadah dzikir adalah ibadah yang paling agung dibanding ibadah yang lain.”

2.      AHLI ILMU HADITS

Orang yang ahli di bidang ilmu hadits diantaranya adalah Abu Bakar Muhammad binMuslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu AbiMalikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’iAbdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi. Untuk perkembangan ilmu Hadits sendiri terjadi setelah ditemukan banyak penyimpangan dan penyelewengan dalam meriwayatkan hadits atau setelah diketahui banyaknya hadits-hadits palsu yang dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik. Karena itulah dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku hadits. Di antara para ahli Hadits (Muhaddits) yang terkenal masa itu ialah Muhammad bin Syihab A-Zuhri, beliau pula yang mula-mula menyusun ilmu hadits dan mula-mula membukukan perkataan, perbuatan, ketepatan ataupun sifat-sifat Nabi SAW yang disebut dengan hadits itu.
Beberapa karya dari Abu Bakar Muhammad bin Muslim :

* Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
* Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
* Sirr al-Asrar:
o lmu dan pencarian obat-obatan daripada sumber tumbuhan, hewan, dan galian, serta simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.
o Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.
o Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa, belerang (sulfur), arsenik, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi.

3.      AHLI ILMU FIQH

Ahli di bidang ilmu fiqih diantaranya adalah Atha’ bin Abi Rabah, Ibrahim an-Nakha'i dan Hasan al-bashri. Dari Atha’ bin Abi rabah “Aku bersaksi bahwa aku sangat percaya pada adanya malaikat yang mulia lagi mencatat seluruh amalku, lalu tidak malukah jika nanti diumumkan di depan orang-orang di hari Kiamat nanti lalu banyak ditemukan hal-hal yang bukan ibadah kepada-NYA?!” Karena disiplin dan keseriusannya yang luar biasa dalam belajar inilah ia mencapai derajat tertinggi dikalangan para ulama, sehingga banyak orang yang mengambil manfaat dari keluasan ilmunya. Salah satu contohnya, Imam Abu Hanifah suatu kali pernah bercerita : “Aku pernah salah dalam 5 fiqh Manasik (Hajji) dan aku diingatkan oleh seorang tukang cukur! Yaitu ketika aku duduk untuk tahallul (bercukur setelah selesai hajji) aku bertanya pada tukang cukur itu berapa ongkos cukurnya? Maka ia menjawab bagi orang yang hajji tidak ditetapkan ongkos, maka aku merasa sangat malu dan berfikir siapa tukang cukur ini, lalu aku duduk, maka kata tukang cukur itu : Hendaklah anda menghadap qiblat, maka aku menjadi semakin malu, lalu aku langsung berikan kepalaku untuk dicukur, lalu ia berkata lagi : Hendaknya yang kanan dulu, lalu kuberikan yang sebelah kanan sambil terus berfikir, lalu ia berkata lagi : Perbanyaklah takbir! Maka akupun bertakbir lalu ketika selesai segera kusodorkan uang dan ingin terus berlalu, lau ia berkata lagi : Jangan lupa shalat 2 raka’at. Maka dengan penasaran kutanya darimana dia tahu tentang semua hukum fiqh tersebut? Maka jawabnya : Dulu aku pernah mencukur ‘Atha bin Abi Ribah dan kupelajari semua yang diperbuatnya ketika itu dan kuamalkan.” Lalu Dari Hasan Al-Bashri “Bahwa manusia berhak memilih mana yang baik dan buruk bagi dirinya.” Dari Ibrahim an-Nakha’i “Mereka membenci segala jenis tamimah, baik dari ayat-ayat Al-Qur’an atau bukan dari ayat-ayat Al-Qur’an.”

Sebuah kata yang diungkapkan oleh Hasan al-Bashri :







Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala.




   **KET : Gambar yang dicantumkan adalah gambar ilmuwan yang dicantumkan karyanya di samping gambar ilmuwan tersebut dan dicetak tebal (pada nama). Terima Kasih 
Artikel ini juga dimuat dari berbagai sumber - sumber cerdas dan terpercaya :) 

0 comments:

Posting Komentar


Like .:OSA:.!!! Yoo :)